rss

Senin, 04 Mei 2009

Bisnis Lendir yang Menggiurkan, Mengundang Azab Allah Swt

Oleh Harbudi Abdurrohim AHMAD

Perilaku maksiat mengudang azab Allah. ( QS. Al Kahfi : 58-59 )

Rasulullah saw bersabda , “Barangsiapa melihat kemungkaran, hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka? hendaknya ia ubah dengan lisannya. Jika ia tidak mampu mengubah dengan lisannya, maka ubahlah dengan hati; dan ini adalah selemah-lemahnya iman.”[HR. Muslim];

Namun begitu, ada juga yang mengatakan sulit untuk mengerjakan perbuatan tersebut, membubarakan prostitusi misalnya, karena dinilai menyangkut hak azazi dan kuat dugaan saya terlibat perihal periuk nasi juga disini.

Kalau lah ada hak azazi itu, tentunya semua orang mempunyai akses yang sama dan pengamalannya jelas tidak boleh mengganggu hak azazi orang lain. Dikatakan begitu karena perbuatannya jelas akan mengundang kemurkaan Allah swt. Yang ketika datang akan melibas siapapun juga tanpa ampun.

Seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu di kota yang di sebut Serambi Mekkah. Hal ini sebagaimana yang pernah di ceritakan seorang uztadz yang sempat mampir ke Kota Prabumulih. Beliau melihat kehidupan di Aceh di waktu malam, di mana kupu- kupu malam bertebaran di depan Masjid Agung ketika masjid tutup. Yang masih segar di ingatan kita adalah teragedi Situ Gintung. What next...?

Yang di belakang nyeletuk, “ akh ndakk mungkin akan ada tsunami di Prabumulih, kan jauh dari laut”. Ya emang, tapi ingat Bumi Prabumulih dah kropoz. Sudah ratusan tahun di keruk yang entah kemana hasilnya.

Suatu hal yang sulit tidak berarti mustahil untuk dikerjakan, apalagi di kerjakan dengan gotong royong dan mengharapkan keridhoan Allah swt.

Begitupun juga dengan masalah periuk nasi. Apakah ketika kita berkubang dalam kemiskinan dengan serta merta kita mesti juga jatuh kelumpur kenistaan ( prostisusi)?. Nauzilah minzalik.

Tidak sedikit wanita yang berada dalam posisi kekurangan materi namun berjuang mati matian di dalam mencari rizki Allah swt tanpa menggadaikan harga diri.

Seorang sahabat di Bandung mengatakan bahwa Tempat mangkal di sana katannya sudah di bubarkan alias di tutup setelah ratusan tahun beroperasi. Ini terjadi katanya (lagi-lagi J ) tidak lepas dari usaha dan upaya dari wong kito Susno Duadji yang waktu itu menjabat Kapolda Jawa Barat, yang sekarang menjabat Kabareskrim.

Ketika premanisme giat-giat di berantas ( sudah hilang semua apa ya? ). Saya tanya, Pak, jangan preman aja yang di garuk. Tuh di Prabumulih, Prostitusinya berkembang biak dengan pesat. Ya timpalnya, ini juga lagi nyosor yang di kota besar dulu.

Begitu banyak elemen dan perangkat masyarakat yang dapat di libatkan untuk penanggulangan masalah sosial tersebut. Aparat pemerintahan, kepolisian, kejaksaan, organisasi masyarakat, parpol, tokoh masyarakat maupun tokoh yang lain. Kalau memang ingin berbuat...

Tapi anehnya semuanya seolah membisu dan tidak perduli. Kalaupun ada yang peduli adalah wong cilik yang tidak memiliki kekuatan, kecuali lisan.

Sebut saja misalnya mereka yang mengklaim dirinya dari golongan emansipasi modernis yang mengharapkan kesetaraan jender. Dari setiap pekikan kampanyenya, mereka tidak pernah mengusik permasalahan ini, suatu permasalahan yang jelas- jelas mencabik- cabik derajat dan martabat wanita. Bukankah madrasah yang pertama dan utama adalah ibu? Pondasi dasar keberhasilan membangun bangsa. Tidak heran propaganda zionis israel laknatullah alaihi getol sekali dalam bidang yang satu ini.

Kita cukup gembira ketika walikota melemparkan ide untuk “mendekorasi ulang” tatanan kota sehingga menjadi kota yang bermartabat. Bukankah seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di kemudian hari? Mari kita do’a kan agar pemimpin di Kota Seinggok Sepemunyian ini di beri kekuatan oleh Allah swt untuk menumpas semua kemaksiatan dan kezaliman apapun bentuknya.

Ketika menjabat khalifah, Ibnu Umar ra sangat cemas kalau- kalau ada himar yang jatuh terperosok di lubang jalanan. Suatu kualitas pemimpin yang sulit di cari tandingannya pada saat ini.

Akankah Prabumulih mengalami nasib naas seperti Aceh ataupun Jogya? Kita lah yang bisa menjawabnya dengan menyingikirkan penyakit-penyakit masyarakat seperti prostitusi, korupsi dan syirik. Kalau lah tidak bersyukur saja sudah bisa mengundang kemurkaan Allah apalagi dengan perilaku maksiat lainnya, yang untuk mendekatinya saja tidak boleh ( QS. Ibrahim : 7 ). Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang di ridhoiNya dan menerima taubat kita. Amin.

1 komentar:

IMAM MEQELS on 17 Mei 2009 pukul 21.59 mengatakan...

Kita seharusnya bisa menjaga diri dari kemurkaan allah,sebagai mukmin yang baik kita harus mawas diri dari hal-hal yang bisa merusak moral juga ahlak,hanya orang-orang bodohlah dan tiada beriman yang selalu mengerjakan pekerjaan dosa,salam

Iklan-iklan

Send Message


ShoutMix chat widget
 

Recent Posts

Pengikut